Menengok Minyak Jamas Pusaka Sunan Kalijaga
Beberapa cucu Sunan Kalijaga menyiapkan abon-abon ubo rampe. (harsem/sukmawijaya) |
Demak-Selama ini, hanya terdengar istilah abon-abon ubo rampe yang berisi minyak dan bunga untuk menjamas Pusaka Sunan Kalijaga. Lalu bagaimana cucu Sunan Kalijaga menyiapkannya.
Kedua cucu Sunan Kalijaga, yaitu RAy Sri Rejeki (60) dan RAy Wahyuni (60), biasa bertugas menyiapkan abon-abon ubo rampe. Sesuai dengan pesan leluhur, mereka menyiapkan minyak dan bunga untuk menjamas pusaka Sunan Kalijaga berupa keris Kyai Cerubug dan Kyai Kutang Ontokusumo yang dijamas pada 10 Dulhijah atau Hari Raya Idul Adha.
Kedua cucu Sunan Kalijaga, yaitu RAy Sri Rejeki (60) dan RAy Wahyuni (60), biasa bertugas menyiapkan abon-abon ubo rampe. Sesuai dengan pesan leluhur, mereka menyiapkan minyak dan bunga untuk menjamas pusaka Sunan Kalijaga berupa keris Kyai Cerubug dan Kyai Kutang Ontokusumo yang dijamas pada 10 Dulhijah atau Hari Raya Idul Adha.
“Selain hanya wanita manapouse yang boleh menyiapkan abon-abon ubo rampe, ada beberapa tahapan penyiapan minyak jamas yang harus dilakukan,” kata Sri Rejeki, kemarin.
Abon-abon ubo rampe terdiri dari beberapa bunga, yaitu bunga melati, kenanga, dan bunga kanthil gading (berwarna kuning). Selanjutnya batu ratus, menyan madu, minyak cendana khusus dan minyak klentik yang dibuat oleh keluarga Kadilangu.
Minyak klentik diproduksi dari sembilan biji kelapa hijau yang diambil dari pohon secara khusus tidak boleh jatuh. Buah kelapa tersebut harus menghadap utara-timur atau sing mangklung lor-wetan.
Untuk minyak jamas pada ageman Kutang Ontokusumo, sudah menjadi kuwajiban dari Karaton Surakarta Hadiningrat. Minyak tersebut berisi minyak garu, cendana, lisah sepuh (diambil dari kelapa yang tua), minyak melati, minyak kenanga, minyak songgolangit, dan minyak campur bawur.
Selain minyak jamas, Karaton Surakarta Hadiningrat memberikan ageman nyamping wahyu temurun untuk Panembahan Kadilangu yang bertugas menjamas kedua pusaka tersebut.
Dalam penjamasan Kutang Ontokusumo, tambah Wahyuni, Panembahan harus melakukan dengan mata tertutup. Seusai menjamas , selanjutnya mengganti abon-abon ubo rampe yang berada di dalam makam setahun lalu, dengan yang baru.
Prosesi mengganti abon-abon ubo rampe yang lama dengan yang baru, biasa disebut dengan lorodan. Setelah selesai semua proses jamasan seluruh lorodan dibawa kembali ke Pengeran untuk kegiatan keluarga Kadilangu. (swi/hst)
Tidak ada komentar