Pusaka Sunan Kalijaga, Dua Kali Dijamas

Para ahli waris Sunan Kalijaga mengirim minyak jamas ke dalam cungkup makam. (harsem/sukmawijaya)

Rombongan Bupati Demak HM Dachirin Said membawa bunga kubur.(harsem/sukmawijaya)

Dilakukan Panembahan Kadilangu dan Sesepuh Sudjono

Demak- Dualisme pemangku adat masih membayangi areal makam  Sunan Kalijaga di Kadilangu. Ontran-ontran  sebagian cucu wali agung ini,  membuat ritual penjamasan dilakukan sebanyak dua kali.
    

Kali pertama penjamasan dilakukan  rombongan Panembahan Kadilangu H R Rachmad yang sudah dipilih sebagai pemangku adat di Kadilangu, atas kesepakatan Lembaga Adat Kadilangu.
    

Setelah menerima minyak jamas dari Karaton Surakarta Hadiningrat di Sekretariat Pengeranan, rombongan Panembahan Kadilangu segera menuju Makam Ageng, diiringi sentono yang dilengkapi dengan tombak serta putri ayu yang membawa sejumlah bunga kubur.
    

Minyak jamas dan abon-abon ugoh rampe dibawa tiga lelaki yang ditunjuk sebagai tim penjamas. Namun mereka hanya melayani Panembahan saat menjamas dua pusaka tersebut. Karena yang diperbolehkan menjamas hanya pemangku adat di Kadilangu.   

Dalam iringan penjamasan, barisan terdepan merupakan sentono yang bertugas menyebar sawuran yang berisi beras kuning, kacang hijau, uang logam, dan bunga tiga warna, disebar ke jalan dan warga yang menonton.

Seperti biasa prosesi sawuran banyak dicari warga untuk mendapatkan beras kuning dan uang logam. “Gunanya banyak, beras bisa untuk tolak balak, uang logam dipercaya untuk pelarisan ketika berdagang,” ucap Muklis (34) warga Desa Jogoloyo Kecamatan Wonosalam, Selasa (15/10).

 Tidak jauh beda dengan prosesi penjamasan tahun lalu, sebelum masuk ke cungkup makam ageng Sunan Kalijaga, terlebih dulu digelar tahlilan. Dilanjutkan jalan jongkok dan menghormat sebelum masuk ke rumah pusara wali.

Setelah penjamasan, seperti biasa warga sekitar berusaha berebut untuk bersalaman dengan penjamas pusaka. Mereka berebut mencium tangan yang baru saja menjamas pusaka Kyai Cerubug dan Kutang Ontoksumo yang terkenal sakti tersebut.

Dihalangi
Seusai kelompok Panembahan Kadilangu melaksanakan penjamasan, tak lama datang rombongan Sesepuh Sudjono. Diapun merasa dirinya menjadi pemangku adat, dan juga berkewajiban menjamas pusaka Sunan Kalijaga.

Kendati rombongan Sesepuh Sudjono yang berangkat dari dalem Notobroto sempat dihalangi oleh sejumlah pihak, namun mereka tetap masuk ke makam ageng. Rombongan ini akan melakukan penjamasan yang sama dilakukan oleh Panembahan Rachmad. Seluruh rombongan membawa minyak jamas dan bunga. Bahkan seseorang dari rombongan juga membawa semacam kursi lipat sebagai tangga saat masuk ke dekat pusara wali. 
    

“Saya tetap akan menjamas kedua pusaka tersebut, karena sudah menjadi hak kami,” ucap Sesepuh Sudjono, kemarin. Walaupun tidak menerima minyak jamas dari Karaton Surakarta Hadiningrat, pihaknya sudah membuat minyak jamas sesuai dengan tradisi temurun.      

  
Peristiwa unik ini sempat membuat Pemda kebingungan, biasanya iring-iringan prajurit petangpuluhan yang dilepas dari Pendopo Kabupaten menuju Kadilangu mengawal minyak jamas yang akan diberikan kepada pemangku adat Kadilangu, sekarang rombongan bupati hanya membawa sebuah bokor berisi bunga kubur.
Seorang paranormal asal Semarang yang tak mau disebut namanya, mengaku kaget ketika melihat peristiwa ini. “Lepas benar atau tidak pusaka itu di jamas dua kali, namun dualisme yang terjadi di Kadilangu adalah sebuah isyarat bagi kondisi negara,” ucapnya.

Apalagi saat ini tahun pemilu, dia hanya bisa berdoa Indonesia tetap aman dan tentram, gemah ripah loh jinawi, tidak ada aral mengganggu. (swi/hst)