test banner

Breaking News

Teatrikal Nasib Guru Kontrak Teraniaya

Teatrikal SMKN 1 Sayung seputar nasib guru kontrak.(harsem/sukmawijaya)




Demak-Dalam peringatan hari guru Internasional, Sabtu (5/10), SMKN 1 Sayung merayakan dengan cara yang berbeda. Mereka menggelar teatrikal nasib guru yang masih tertindas dan menindas.

Teatrikal diawali, munculnya seorang guru berpakaian biasa, dengan kondisi yang terikat tali dan mulut diam terplester. Sebuah gambaran guru kontrak yang teraniaya, tapi tetap hidup dalam lingkungan siswa, aktif memberi tauladan, dan selalu tersenyum.

Sesaat datang guru berpakaian perlente, sebentar-sebentar memerintah guru kontrak. Gambaran guru PNS yang bersertifikasi ini, kerap keluar kelas mengabaikan siswanya. Dia cenderung sering berkomunikasi untuk berbisinis keluar sekolah, mencari tambahan pendapatan.

Namun kedua guru yang tertindas dan menindas ini, tidak kuasa dengan kebijakan penguasa yang kerap berpolitik dalam dunia pendidikan. Si penguasa ini menjadikan sang guru sebagai motor penggeraknya, untuk menjalankan roda politik praktisnya, tanpa melihat nasib para pelajar.

Demikian ringkasan teatrikal ‘Sang Guru’ yang digelar oleh guru dan siswa SMKN 1 Sayung. “Teatrikal ini mengandung pesan moral, bagaimana nasib guru yang selalu menjadi obyek politik,” kata guru pengajar SMKN 1 Sayung, Munif. Bagaimana nasib guru kontrak yang selalu tersenyum ketika mencerdaskan muridnya.

Aksi teatrikal ini didukung oleh Teater Negara, sebagai media aspirasi kepada pemerintah, untuk lebih memperhatikan nasib para guru. Selama ini masih ada ketimpangan antara guru PNS, sertifikasi dan guru tidak tetap (GTT).

Menurut Kepala SMKN 1 Sayung, Gigis Mohamad Afnan, teatrikal dan doa bersama yang digelar, merupakan aksi damai dalam peringatan hari guru internasional. Dia berharap aksi ini justru dapat menggugah perhatian pemerintah dan masyarakat, dibanding aksi mogok guru yang malah menelantarkan siswanya.
Gigis sekaligus berharap masyarakat ikut tergerak, memberikan kontribusi dan apresiasi kepada guru yang sudah membimbing serta mendidik putra-putrinya.

Selain menuntut perubahan nasib para PTT dan GTT, pihaknya selalu meningkatkan mutu pendidik, melalui diklat, workshop, studi banding, lokakarya dan lainnya. Untuk meningkatkan kedisiplinan dan kepribadian para guru, dilakukan juga pembinaan rutin setiap bulan.

Terpisah, siswi Kelas 12 RPL SMKN 1 Sayung, Ivalufiah berharap ada penghargaan para guru di lingkungan sekolah dan di tengah-tengah masyarakat. “Saya berharap punya guru yang berkualitas, kreatif, inovatif dan menyenangkan,” ungkapnya.

Siswa lain, Adi Brahamudin menilai guru sebagai orang tuanya di sekolah. “Sebisa mungkin bapak dan ibu guru tidak terganggu konsentrasinya kepada kami, karena harus mikir yang lain,” ucap siswa Kelas 11 RPM SMKN 1 Sayung. (harsem/swi/hst)  

Tidak ada komentar